MK, 23 tahun, Programmer
Fenomena Fisik dan Batin
Sudah beberapa bulan terakhir saya menghindar untuk bermeditasi secara rutin. Ada ketakutan bahwa saya mungkin akan menjadi seseorang yang tidak normal akibat meditasi. Banyak sekali fenomena fisik yang saya alami semenjak awal praktik meditasi kesadaran pada agustus 2011 lalu. Tetapi pikiran akan menjadi seseorang yang tidak saya kenal, di luar kewajaran orang normal biasa dan tidak bisa kembali lagi menjadi normal dan biasa, itu semua sangat mengganggu saya. Berkali-kali saya katakan kepada rekan saya, bahwa saya galau, tidak nyaman.
Pada awalnya saya tidak sadar bahwa sebenarnya ketakutan saya terutama disebabkan oleh fenomena batin. Pada awalnya saya mengganggap yang saya takutkan adalah fenomena-fenomena fisik yang sangat tidak nyaman dan cenderung menyebabkan rasa sakit.
Beberapa fenomena yang sangat jelas tertangkap antara lain tersengat listrik di banyak tempat, seperti di pegangan pintu, air, dinding, meja, dan kereta belanja. Yang paling sering adalah kereta belanja. Bayangkan jika Anda tersengat listrik secara tidak sengaja, muncul rasa kaget dan rasa sedikit kebas pada bagian tubuh yang tersengat. Itu berlangsung kira-kira dua bulan dengan frekuensi hampir setiap hari di banyak kesempatan. Itu menyebabkan saya menjadi “parno” ketika akan menyentuh apapun sepanjang waktu tersebut.
Setelah berlalunya masa-masa sengatan listrik di tempat-tempat yang seharusnya tidak ada aliran listrik, tubuh saya mulai mengeluarkan getaran. Pertama-tama aliran terasa mulai dari tangan. Getaran terutama muncul saat sedang bermeditasi, baik meditasi duduk maupun meditasi jalan. Lama kelamaan getaran tersebut semakin kuat. Lebih terasa lagi ketika sedang akan tidur atau sedang dalam keadaan santai. Getaran ini menyebabkan susah tidur karena tubuh merasa terganggu dengan getaran-getaran tersebut. Pada puncaknya saya tidak bisa tidur selama beberapa hari karena getaran tersebut sangat terasa. Aliran darah, detak jantung, ritme organ-organ tubuh yang bekerja, bernapas, mengalir, semuanya sangat jelas tertangkap indera. Semua proses tubuh dari atas kepala sampai ujung kaki dapat saya rasakan secara detail dan akan lebih terasa jika saya sengaja meletakkan tangan saya di atas anggota tubuh tersebut untuk merasakan aliran yang terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu tersebut.
Sejak kejadian tidak bisa tidur selama beberapa hari tersebut, saya mulai sengaja banyak mengurangi praktik meditasi meskipun memiliki waktu untuk bermeditasi. Adanya kegiatan yang menarik saya selama beberapa bulan menjadi alasan untuk secara sengaja tidak melakukan meditasi selama beberapa bulan. Tetapi pelarian ini juga tidak menghentikan proses perubahan yang sedang berjalan. Pada satu moment, ketika saya terhenti selama beberapa hari dari kegiatan saya yang menarik tersebut, pada saat itu getaran tubuh muncul dengan sendirinya meskipun saya tidak melakukan meditasi. Suatu saat datang dengan sendirinya suatu pemikiran tentang apa yang harus saya ambil berkaitan dengan masalah saya. Tapi meskipun munculnya pemikiran tersebut tanpa disertai keraguan, saya belum mau mengambil keputusan karena saya kemudian berasumsi lagi bahwa itu adalah gerak pikiran saja–sebuah ilusi saja. Tapi karena begitu terasa meyakinkan, akhirnya saya bercerita kepada seorang rekan. Dari pembicaraan dengan rekan tersebut, saya putuskan untuk mengikuti saja pemikiran yang muncul tersebut. Dan memang pada akhirnya keputusan tersebut benar, dan tidak membawa penyesalan sama sekali. Meskipun merasakan kegalauan dan ketidaknyamanan pada beberapa minggu awal akibat terputusnya siklus kemelekatan saya pada kegiatan menarik tersebut.
Setelah berpindah dari titik tersebut, saya mulai meditasi lagi sekali-sekali. Tidak ada lagi hal-hal aneh selama waktu tersebut. Saya lewatkan hari dengan cukup menyenangkan melakukan hal-hal yang saya suka. Rasanya hidup kembali seperti biasa tanpa fenomena aneh-aneh. Dan tentu saja dengan hidup yang jauh lebih menyenangkan setelah masalah batin yang tertimbun tahunan lalu terselesaikan. Tapi memang sepertinya proses yang sudah mulai tidak berhenti dan tidak bisa dihentikan dan tetap berlangsung meskipun tidak disadari dan tidak diikuti dengan meditasi rutin. Semakin sering saya melakukan meditasi, semakin kuat dan sering pula fenomena-fenomena tersebut muncul. Dan itu menakutkan.
Antara 1-2 bulan sebelum retret 25-28 Oktober ini, saya kembali mengalami fenomena fisik aneh. Saya menjadi paka akan panas tubuh orang. Tubuh saya dengan pintarnya menerima pancaran panas dari tubuh orang-orang di dekat saya. Sensasi itu sama sekali tidak menyenangkan, bahkan cenderung menyakitkan meskipun sama sekali tidak membuat luka fisik. Dari situ saya menghentikan sama sekali meditasi saya yang memang sudah jarang saya lakukan. Tapi tetap, tubuh masih peka terhadap energi dari luar. Terbukti pada waktu sebulan terakhir sebelum retret, saat saya sedang mengobrol dan bercanda dengan teman tentang hantu, iblis, setan, kepala saya langsung kliyengan dan langsung terasa berat. Terasa lebih ringan jika keluar dari ruangan dan kembali normal dengan cepat jika saya sama sekali pergi dari sekitar lokasi tersebut. Itu terjadi dua kali di tempat yang berbeda, tapi dengan topik pembicaraan yang sama.
Bagi saya fenomena-fenomena fisik yang saya alami tersebut cukup menakutkan karena memang tidak biasa atau di luar kewajaran orang-orang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Semua yang terjadi baru saya kenali setelah memulai meditasi kesadaran. Ketika saya ceritakan beberapa fenomena fisik tersebut ke teman-teman muda dimana meditasi adalah tradisi dalam agamanya, dengan harapan mencari kesamaan, ternyata bagi mereka pengalaman saya tersebut dianggap tidak lumrah. Meskipun sudah sering bermeditasi secara rutin dan cukup lama, bahkan ada yang sudah bertahun-tahun melakukan meditasi, mereka tidak pernah mengalami hal-hal aneh seperti itu. Terlebih ketika saya bagikan beberapa cerita tentang “rasa tahu” yang begitu saja, malah dianggap bahwa hal-hal tersebut adalah hasil dari ciptaan pikiran atau ilusi saya saja, bahwa saya hanya merasa seolah-olah tahu saja. Dari sini saya merasa jadi aneh dan perasaan takut saya terhadap proses dan fenomena yang saya alami menjadi makin besar, terutama rasa takut yang tertangkap melalui fenomena fisik.
Pada akhirnya saya paham. Dalam retret dikatakan bahwa tidak diperlukan otoritas apapun untuk mencari pembenaran. Pada akhirnya saya menangkap bahwa yang saya takutkan sesungguhnya bukanlah fenomena fisik itu sendiri, tetapi apa yang dihadapi batin. Saya takut terhadap fenomena fisik karena fenomena fisik tersebut itulah yang pertama-tama paling tertangkap oleh indra. Tetapi ketakutan yang sebenarnya adalah apa yang dihadapi oleh batin itu sendiri, bahwa saya sama sekali tidak mengetahui ke mana saya akan dibawa dalam perjalanan meditasi.
Lalu mengapa saya tetap tertarik dan mau untuk ikut retret meditasi?
Alasan utamanya adalah karena pengalaman transformasi batin yang sudah saya rasakan sendiri. Begitu banyak terjadi perubahan dalam cara pandang atau persepsi dan beban luka dan kekhawatiran yang teramat besar bagi saya telah berakhir. Banyak hal yang dulu saya anggap sangat penting, kini menjadi tidak penting lagi. Hal tersebut pada akhirnya memunculkan sebuah ritme kehidupan baru tersendiri yang jauh lebih menyenangkan.
Saya memang menghindari melakukan praktik meditasi sendiri di kamar karena saya tidak mau fenomena-fenomena aneh yang saya alami makin menguat. Saya merasa takut akan hal-hal yang mungkin bisa terjadi tanpa saya sadari, tanpa saya tahu akan berkembang ke arah mana, akan menjadi apa dan seterusnya. Saya tahu bahwa meditasi bisa memperkuat itu. Tapi saya tetap berusaha mendaftar untuk retret meditasi dengan pengandaian bahwa jika meditasi tersebut dilakukan di retret saja secara intensif, maka apa yang mungkin muncul—fenomena-fenomena aneh—barangkali akan muncul selama di retret saja dan tidak akan mengganggu kehidupan sehari-hari setelah retret berakhir. Ternyata itu pemikiran yang bodoh.
Tangisan Pecah
Pada hari pertama, malam pertama, saya tidak mengalami apa-apa. Hanya tidak bisa tidur. Hari kedua malam kedua masih meditasi secara biasa, saya bisa tidur dengan nyenyak, tapi pada saat istirahat siang pada hari ketiga saya terbangun dengan mimpi buruk. Malam ketiga, saat mendekat ke teman sekamar sewaktu diminta dibuatkan makanan karena fenomena tubuh yang sedang dialami olehnya, energi yang dihasilkan dari tubuh teman tersebut membuat saya kliyengan tiba-tiba. Dari situ tubuh mulai bergetar pelan. Dan saya tidak bisa tidur selama malam ketiga tersebut. Dari situ mulai muncul rasa galau. Pada hari keempat, setelah sesi meditasi pagi, saya tidur, tapi tidak bisa benar-benar tidur. Tubuh tidur tapi ada bagian yang masih terbangun. Saat sesi diskusi selesai, perasaan galau itu semakin kuat.
Puncaknya setelah makan siang, tangisan pecah tanpa bisa saya tahan, tanpa saya tahu penyebabnya apa. Hanya kesedihan mendalam saja dimana jantung rasanya teriris-iris sehingga mau ditahan bagaimanapun tangis itu tetap pecah. Dan tangis waktu itu adalah salah satu jenis tangis dengan kesedihan yang paling dalam bagi saya. Sampai sekarang pun saya tidak tahu apa penyebab tangisan itu. Hanya muncul dan pecah begitu saja. Sehabis tangis-menangis, saya mencari pastor untuk dialog pribadi. Karena saat itu jam istirahat, pintu dan jendelanya tertutup, saya sampaikan ke panitia untuk meneruskan permintaan sesi dialog pribadi ke pastor saat pastor sudah bisa ditemui. Setelah itu saya mencoba tidur siang, tetapi tapi tidak bisa tidur. Badan mulai terasa demam dan kepala sakit, tapi sakit tersebut anehnya sakit yang tidak benar-benar sakit juga. Jadi memang fisik terasa sakit, demam, tapi antara nyata dan tidak, antara ada dan tidak ada. Itu sakit metafisik menurut kata rekan kamar.
Dari dialog dengan pastor, dan sempat dialog sebentar dengan rekan kamar, keduanya mengatakan hal yang maksudnya persis sama, bahwa kepedihan harus dihadapi agar saya bisa melangkah maju. Jika tidak dihadapi, saya akan terus berputar-putar saja di situ dengan mencari pelarian ke hal-hal yang saya suka. Memang tidak mengenakkan, tapi harus disadari dan dihadapi saja fakta itu.
Dari sesi dialog dengan pastor pula, saya dikuatkan untuk mau dan berani melangkah dan berjalan ke jalan yang saya merasa takut untuk menghadapinya. Meskipun setelah dialog saya masih tetap berkeluh kesah bahwa apa yang saya alami sangat tidak menyenangkan, bahwa saya galau, tapi satu yang saya sudah tahu pasti, saya harus memutuskan sendiri untuk mau menghadapi hal tersebut atau tidak. Tidak ada orang lain yang bisa melakukannya untuk saya.
Empat Janji Agung
Kemudian yang lebih menguatkan lagi, lebih tepatnya menakjubkan, saya seperti terkena “jebakan betmen” dengan Empat Janji Agung yang harus diucapkan oleh semua peserta. Saya sudah langsung was-was sewaktu diminta untuk mengucapkan. Saat mendengar isinya, saya terperangah, lemes, sebel dan sekaligus takjub. Dalam keadaan batin saya seperti saat itu, Empat Janji Agung tersebut sangat luar biasa pengaruhnya bagi saya. Bagi saya itu terasa seperti janji seumur hidup dengan tanggung jawab yang besar, tidak peduli bagaimana berat rintangannya, saya harus menjalaninya.
Salah satu janji yang paling berpengaruh dan menjawab untuk kondisi saya pada saat itu adalah janji untuk menghadapi ketakutan saya tersebut, bahwa saya tidak boleh lari dari ketakutan saya (saya jedukin kepala).
Isi janji lainnya yang jauh lebih dalam adalah menghargai seluruh kehidupan.Saya belum sepenuhnya paham secara mendalam. Tapi saya jelas sekali bahwa Empat Janji Agung tersebut luar biasa menggetarkan saya pribadi.
Pada akhirnya, saya sudah tidak bisa lari. Empat Janji Agung tersebut terasa seperti komitment yang sangat mengikat. Maksudnya, dalam keadaan batin yang terjaga seperti itu, bagi saya isinya menjadi sangat terasa kekuatan magis dan mengikat. Sama seperti komitment untuk menghadapi ketakutan dan berjalan terus di dalam ketakuan tersebut apapun yang terjadi. Tidak ada pilihan lain selain menjalani. Meski demikian, dari dalam batin saya sendiri, juga muncul kerelaan untuk mau melaksanakan janji yang sangat luar biasa berat tersebut.
Tidak Lari
Sejak pulang retret tiga hari lalu sampai pada hari saya menulis testimoni ini, ketika tidur saya mengalami mimpi yang penuh kengerian. Bukan mimpi tentang hantu atau setan (karena memang sepertinya saya tidak punya rasa takut dengan hal tersebut), tapi mimpi peristiwa yang bukan peristiwa yang pernah terjadi pada hidup saya. Saya tahu peristiwa itu juga tidak akan terjadi di kehidupan nyata. Yang mau saya tekankan adalah bahwa peristiwa pada mimpi tersebut membawa kengerian dan memiliki sensasi ngilu yang menyakitkan saat mimpi itu sedang terjadi. Meskipun sama sekali tidak menyenangkan, tapi tidak apa-apa. Saya anggap saja itu sebagai proses pembersihan yang dilakukan sendiri oleh tubuh atau batin saya. Meskipun saya masih belum bisa mengerti sepenuhnya apa yang ingin disampaikan oleh mimpi-mimpi aneh dan mengerikan tersebut.
Saya memutuskan untuk menghadapinya saja, tidak lari darinya. Karena selain dari Empat Janji Agung yang membuat saya tidak boleh lari, saya dengan sendirinya memahami pula bahwa jika saya tidak menghadapinya saat ini, saya mungkin akan menghadapinya lagi di waktu mendatang. Jadi tidak ada gunanya untuk berlari. Meskipun saya tahu dengan mengambil keputusan tersebut, maka saya harus menghadapi ketakutan-ketakutan saya atau mungkin kengerian yang tidak jelas seperti yang terjadi dalam mimpi saya. Untuk membantu proses yang tidak menyenangkan tersebut tetap berjalan dengan lancar, saya mulai lagi melakukan meditasi rutin ketika saya punya waktu untuk melakukannya.
Terima kasih untuk Pastor Sudri atas bimbingan, kesabaran, penjelasan, dan waktu selama retret.*
kepedihan harus dihadapi,agar kita bisa melangkah maju
pengalaman yang luar biasa…trima kasih untuk sharing pengalamannya…
Halo MK,
terima kasih atas sharing pengalamannya.
bisa dibilang ssebagian besar pengalaman kamu sama seperti apa yg saya alami.
bagaimana kondisi kamu skrg , dan bagaimana km melewati sehari2 nya ?
Trm kasih
Chandra
Halo Dear Chandra.
Terima kasih tanggapannya.
Kondisi saya sekarang semakin sering galau tidak jelas hehehe…
Galau disini maksudnya frekuensi timbulnya rasa perasaan itu semakin sering. Kebanyakan justru tanpa saya tahu sebabnya apa.
Semenjak pulang retret Oktober, rasa perasaan yang paling sering muncul adalah kesedihan tiba-tiba yang rasa sedihnya terasa sangat jelas dan cukup kuat tapi tanpa sebab. Frekuensinya sering, sampai akhirnya benar-benar menurun sendiri sampai kira-kira 2 bulan setelahnya.
Kemudian saya ikut retret Desember. Rasa perasaan yang paling sering muncul adalah kemarahan yang meluap-luap. Saya baru menyadari kemarahan tersebut adalah kemarahan tanpa sebab setelah 1 minggu pulang setelah retret. Karena saya merasa aneh kenapa saya masih teramat sangat marah pada kejadian yang setelah dipikir-pikir tidak terlalu penting, tidak sepenting itu sehingga mampu membuat saya marah sekali selama belasan hari dengan kadar marah yang hampir tidak berkurang. Saya tidak akan marah selama dan separah itu hanya untuk hal yang hampir tidak ada pengaruhnya pada kehidupan saya. Pada akhirnya saya sadar bahwa kejadian di retret hanya pemicu kemarahan saja. Pada dasarnya kemarahan itu adalah kemarahan tanpa sebab yang berasal dari diri saya sendiri, yang tidak saya sadari, sehingga kemarahan tersebut mampu bertahan cukup lama. Hal ini sempat lolos karena kesadaran yang masih belum kuat dan karena adanya kejadian2 yang membuat saya merasa bahwa kejadian2 tertentu tsb adalah penyebab saya marah, sehingga kemarahan tanpa sebab ini lolos dari pengamatan. Kemarahan tanpa sebab ini berlangsung hampir selama 3 minggu 😀
Rasa perasaan ini kadang membuat saya tidak tahan juga. Terutama tertangkap sekali ketika di retret, saya tidak bisa duduk tenang untuk meditasi. Tetap ada energi untuk berlari dari apa adanya. Terlebih ketika sesi meditasi bersama di retret, wah galau sekali. Entah kenapa jauh lebih terbantu untuk duduk diam ketika melakukan meditasi sendiri di tempat2 yang jauh dari anggota yang lain.
Untuk mimpi, sampai saat ini saya masih beberapa kali mengalami mimpi. Uniknya mimpi saya kadang bersambung dan saya bisa mengenali dan mengingat latar mimpi tersebut, bahwa saya pernah ada disana sebelumnya. Ada beberapa mimpi yang muncul berkali-kali dan memiliki latar imaginer yang sama. Tapi seringkali saya tidak mampu menangkap maksud dari mimpi-mimpi tersebut.
Untuk fenomena fisik saya rasa tidak terlalu penting untuk diceritakan karena penjelasan dalam retret bahwa fenomena fisik adalah efek tidak langsung dari proses batin yang sedang terjadi. Jadi saya tidak terlalu merisaukan 😀
Jadi itu kondisi saya sekarang. Masih sering berkutat dengan rasa perasaan tanpa sebab. Baik perasaan marah, sedih, atau perasaan yang tidak jelas yang tidak mampu saya definisikan. Akibatnya galau 🙂
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Untuk bagaimana saya melewati sehari-harinya, ya saya jalankan saja.
Tidak banyak yang tahu saya melakukan meditasi. Teman-teman dan keluarga pun tidak. Hanya orang-orang yang saya kenal di sesi meditasi yang tahu bahwa saya melakukan meditasi. Jadi saya merasa tidak kesulitan untuk melewati sehari-harinya. Saya tetap beraktivitas, bermain, jalan-jalan, bercanda, dan melakukan hal-hal lainnya seperti biasa. Saya tetap bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi saya tahu banyak terjadi perubahan pada batin saya dalam menjalani hari-hari saya yang biasa. Orang yang tidak sungguh2 peka tidak akan melihat perubahan2 yang terjadi pada diri saya.
Melalui meditasi saya cukup banyak terbantu dalam menjalankan hal-hal praktis saya. Seperti contohnya bekerja. Saya merasakan sendiri energi konsentrasi yang muncul dari efek meditasi. Sekarang saya mudah sekali untuk fokus dalam pekerjaan saya yang memang membutuhkan fokus pikiran. Energi kemalasan saya yang luar biasa juga cukup berkurang. Saya melakukan segala sesuatu dengan lebih ringan dan tanpa tekanan. Saya sudah cukup mampu untuk mengatakan tidak atau menolak dengan tegas terhadap hal-hal yang memang saya merasa tidak. Dan banyak lagi efek meditasi positif ketika melakukan hal-hal lainnya dalam kaitan langsung dengan hidup sehari-hari saya.
Selain itu saya juga tinggal sendiri, sehingga dengan kesadaran yang masih baru berkembang seperti ini, tinggal sendiri sangat membantu saya. Membantu dalam artian mampu membantu saya untuk melihat dengan lebih jernih kondisi batin saya tanpa banyak gangguan dari luar, karena dengan kesadaran yang belum kuat saya cukup mudah untuk ditarik objek2, sehingga dengan tinggal sendiri, saya lebih mampu untuk tidak terkecoh dengan objek karena memang objeknya tidak banyak :p, sehingga ketika muncul suatu fenomena tertentu, hal tersebut dapat lebih mudah tertangkap kesadaran, tidak terkecoh seperti waktu saya di retret 😀 . Saya sadar saya masih mudah terpancing emosi sehingga gampang memperkeruh batin saya yang kesadarannya masih lemah. Jadi kondisi tinggal sendiri ini cukup banyak membantu.
Bagi saya, seperti yang diajarkan di retret, biarkan semua apa adanya. Meskipun ‘apa adanya’ terkadang sulit saya lakukan karena lebih condong ke pengetahuan conscious, tapi pemahaman tersebut cukup membantu dalam menghadapi gejolak2 yang timbul dalam proses olah batin saya. Artinya fenomena-fenomena yang menyenangkan ataupun sangat tidak menyenangkan, pada akhirnya akan berlalu juga. Semua itu adalah proses juga. Meskipun kadang terhanyut dengan rasa suka-tidak suka, curhat dan ngomel2 dulu ke rekan meditasi saya 😀 , tapi saya tetap berusaha menyadari, sehingga pada satu titik, cepat atau lambat, rasa itu akan tertangkap kesadaran yang masih belajar ini dan selesai dengan sendirinya.
Pada akhirnya gejolak-gejolak tersebut akan berlalu juga. Mungkin semua fenomena batin yang muncul adalah yang memang seharusnya muncul yang mungkin dikarenakan hal-hal tersebutlah yang ada di dalam diri kita. Mungkin hal-hal tersebut adalah proses yang mau tidak mau harus dilewati untuk bisa maju. Sehingga untuk apa terlalu bersusah hati memusingkan bagaimana melewati sehari-harinya hehe…
Bagi saya yang penting dari proses-proses tersebut adalah, pada titik-titik tertentu akan terjadi proses transformasi batin pada diri kita yang sangat membantu dan bermakna sekali untuk hidup. Hal ini juga membantu sekali dalam memutus luka batin tertentu secara total secara otomatis. Saya tidak menjadikan hal ini sebagai tujuan, tapi saya bersyukur bisa mendapatkan dan mengalami hal tersebut dengan sendirinya.
Jadi kira-kira begitu saya menjalani sehari-hari saya. Jauh lebih lepas bebas dan tanpa beban. Hal-hal aneh yang muncul ya sudah biarkan saja karena saya anggap sebagai proses. Jika muncul reaksi batin terhadap fenomena2 aneh, adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah tidak terus menerus terseret. Terseret sebentar tidak apa2 namanya juga belajar 😀 . Yang penting saya tetap berusaha untuk menyadari reaksi2 tersebut sampai selesai dengan sendirinya.
Sekian dari saya. Terima kasih sudah membaca sharing panjang dari saya hehehe…
Mungkin Dear Chandra bisa ikut berbagi pengalamannya juga sehingga bisa makin memperkaya para pembaca blog ini. Terima kasih.
Dear Miss Galau yg sudah mulai ga Galau.. 😀
sy dulunya kerja sbg programmer, dan menjadi programmer hampir 10 thn cukup bikin sy cape krn waktu itu sakit2an dan deadline yg bikin stress, pd akhirnya keluar dan jd IT support aja. 😀 Dan sy juga bukan org yg mempraktekkan MMD / meditasi di website ini.
kalau kliyengan sy baru alami stngh tahun terakhir ini. Lalu jg sy mengalami kengerian hebat, jantung sy berdebar2 dan rasanya mau mati, lalu serasa teringat dalam hidup sy belum melakukan yg terbaik tp sudah mau dipanggil. Dan frekuensi ini cukup sering, ini terjadi terutama kalau sy melakukan kesalahan yg bertentangan dgn hati nurani.
lalu sy mulai menyadari, untuk belajar mengatakan tidak pada kebiasaan2 yg memperbudak diri. Dan ini adalah bagian yg paling sulit bagi saya sekarang ini. Dan kelihatannya kamu sudah melalui fase ini, dan sdh dapat tegas mengatakan “tidak” terhadap apa yg kamu “rasa” tidak, dan juga sudah gampang “fokus”. Ini adalah hal luar biasa dan menginspirasi kita2 semua. 🙂
salam lepas bebas dan tanpa beban.. 😀
Ok Mr. Chandra (karena uda jelas lebih tua dari saya dan laki2 kan :p )
Thanks sharingnya.
Kalau ada waktu sebaiknya ikut mendaftar retret meditasi ke Pst Sudri biar bisa lebih mengenal meditasi ini dan biar pertanyaan2 Mr.Chandra bisa lebih terjawab 🙂
Salam galau 😀
MK (Miss Galau), terimakasih yach, sharingmu sangat memperkaya skali… :o)
Sama2 c Wilian 🙂
Dear miss galau,
Saya blm pernah ikut meditasi tp sy tertarik utk mengikutinya.
Hampir setiap hari sy merasakan sengatan listrik ketika menyntuh sesuatu.
Tp mgkn tidak sesering MK.
Sy jg kadang2 bangun pagi dgn firasat yg kurang enak. Dan rasanya hati sakit bgt.
Kira2 ini maksudnya apaya